Beranda | Artikel
Memahami Proses Belajar Disiplin pada Remaja
Selasa, 11 Maret 2025

Memahami Proses Belajar Disiplin pada Remaja merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Ada Apa dengan Remaja. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 26 Sya’ban 1446 H / 25 Februari 2025 M.

Kajian Tentang Memahami Proses Belajar Disiplin pada Remaja

Agama kita telah mengajarkan dan melatih kita untuk menjadi seorang yang disiplin. Kita ambil contoh dari ibadah shalat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan. Dan ibadah lainnya yang kita katakan tujuannya adalah melatih untuk menjadikan diri kita disiplin. Dan itu penting, karena kehidupan ini perlu dijalani dengan kedisiplinan. Banyak hal-hal yang akan kacau dan rusak jika kita tidak memiliki kedisiplinan. Hal tersebut harus ditanamkan kepada anak-anak terutama remaja.

Di sini ada beberapa perkara yang perlu diperhatikan oleh orang tua ketika menanamkan hal ini kepada anak. Ketika mendisiplinkan anak.

Yang pertama, kita harus memahami bahwa anak remaja tidak belajar secara cepat. Mereka perlu tahapan waktu mungkin agak panjang (bertahun-tahun) untuk menanamkan perkara yang tidak mudah ini. Disiplin itu tidak mudah. Sampai di kalangan orang dewasa saja, bahkan orang tua, masih banyak yang belum mengerti disiplin. Apalagi anak remaja. Jadi perlu tahapan dan waktu yang agak panjang. Karena memang pendidikan itu membutuhkan kesabaran dan kebijaksanaan.

Ketika kita berbicara masalah akhlak, bukan perkara mau atau tidak mau. Masalahnya adalah biasa atau tidak biasa. Contohnya sabar. Kita mau sabar tapi tidak terbiasa sabar. Berbeda dengan masalah lainnya, mungkin masalah aqidah atau ibadah, itu merupakan masalah mau atau tidak mau. Jika mau maka lakukan, dan jika tidak maka dia tidak akan melakukannya.

Masalah akhlak ini sama seperti peribahasa ”Bisa Karena Biasa”. Akhlak merupakan sebuah kebiasaan, sesuatu yang menjadi tabiat ataupun karakter, yang itu perlu ditanamkan dalam waktu yang lama. Tidak bisa orang itu dalam satu atau dua hari melakukan suatu kebaikan misalnya. Apa lagi nilai-nilai positif, yang itu tentunya berat dan banyak tantangannya.

Sebagaimana kita contohkan dari sabar misalnya, bukan tidak mau sabar. Semua orang jika ditanya mau bersabar atau tidak? Jawabannya adalah mau. Namun dalam praktiknya tidak semudah yang diucapkan. Apalagi jika tidak terbiasa bersabar. Maka sebagaimanapun dia mau sabar, dia tidak akan bisa sabar karena itu bukan kebiasannya. Demikian juga bab-bab akhlak yang lainnya. Maka di situ perlu latihan.

Seperti yang sudah pernah kita bahas tentang buku ”Ensiklopedia Akhlak Salaf”, bahwa akhlak mulia itu bisa kita tanamkan walaupun kita tidak memilikinya sejak lahir. Namun bisa kita capai dengan latihan dan pembiasaan. Ini adalah tugas pendidik, terutama orang tua di rumah. Dilanjutkan oleh guru di sekolah. Pembiasaan-pembiasaan ini harus dilakukan sejak dini/ kecil.

Dibiasakan untuk jujur sejak kecil, maka dia akan mudah untuk jujur. Bukan hanya mau, dia akan terbiasa untuk jujur.

Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam,

 وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

“Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur.” (HR. Muslim)

Artinya ini merupakan kebiasaan yang dia latih sejak kecil sehingga ada orang yang tidak bisa berbohong. Karena sudah terlatih untuk jujur.

Terkadang ada orang yang mau untuk jujur tapi bukan kebiasaannya, maka lagi-lagi dia berbohong. Jadi penanaman akhlak ini butuh waktu. Hal itu tidak boleh telat, harus ditanamkan sejak dini.

Kalau ditanamkan sebaliknya, maka kerjanya dua kali lipat. Pertama kita harus membongkar kebiasaan buruk tersebut, kemudian menggantinya dengan kebiasaan yang baik.

Idealnya penanaman akhlak ini dilakukan sejak kecil, sehingga tidak tumpang tindih harus membongkar kebiasaan buruknya lalu kita tanamkan kepadanya kebiasaan baik. Walaupun terkadang karena kelalaian pendidik, mau tidak mau dia harus bongkar pasang seperti itu. Jadi di sini perlu waktu dan kesabaran. Jangan mudah patah arang dan mengatakan, ”Percuma”. Kita merasa sudah seperti itulah anak itu, tidak bisa disiplin, misalnya.

Memang disiplin itu perlu waktu, dimulai dari perkara-perkara kecil dalam keseharian. Sehingga sampai kepada perkara-perkara yang lebih besar. Dan sampai ke perkara yang fundamental yaitu cara berpikir yang disiplin. Itu akan melandasi semua tindak tanduknya.

Ada orang yang cara berpikirnya tidak disiplin, sehingga terkadang outputnya pun tidak jelas. Terkadang dia begini dan terkadang dia begitu. Karena pola pikirnya yang tidak disiplin. Mendisiplinkan pola pikir juga tidak mudah.

Disiplin juga dapat diartikan taat aturan. Dia mengerti dan menghargai aturan, itu termasuk salah satu buah dari kedisiplinan. Orang yang tidak paham aturan, itu biasanya akibat dari ketidakdisiplinan. Sehingga berbuah menjadi ketidaktaatan.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54989-memahami-proses-belajar-disiplin-pada-remaja/